Diberdayakan oleh Blogger.

Ketika gagal...

24.9.08

/* hilangkan navbar ----------------------------- */ #navbar-iframe { height:0px; visibility:hidden; display:none }

Cuiusvis hominis est errare.
(Marcus Tullius Cicero, 106-43 B.C)


Setiap orang bisa berbuat salah. Beberapa waktu belakangan ini saya menggenggam kuat-kuat ungkapan dari filsuf dan negarawan asal Romawi tersebut dan menjadikannya sebagai mantra penghibur. Kegagalan dan kesalahan yang telah saya lakukan membuat hari-hari terasa berat dan melemahkan energi produktif saya.


Dari kata-kata tersebut, saya menemukan ketenangan sekaligus pembenaran, bahwa siapapun dia, nabi yang saleh, pemimpin hebat atau ilmuwan yang jenius sekalipun pernah berbuat salah, entah kepada orang lain maupun kepada dirinya sendiri. Adakalanya jenis kesalahan dan dampak yang ditimbulkan juga menentukan seberapa kuat dan seberapa cepat seseorang bisa bangkit dari kesalahan tersebut. Namun, yang membedakan antara satu orang dengan yang lainnya adalah kemampuan untuk bangkit yang sekaligus juga menunjukkan seberapa tinggi kualitas seseorang dalam memaknai hidupnya.


Dengan segala kecerdasan, pencapaian kemajuan dan penaklukan yang gemilang atas alam sepanjang sejarah peradabannya, manusia sesungguhnya adalah sosok yang lemah, fragile, dan butuh sesuatu untuk menguatkan. Itulah yang membuat Max Webber mengatakan bahwa agama dibutuhkan untuk membuat seseorang merasa kuat di tengah dunia dan alam semesta yang seolah tanpa batas ini. Beberapa orang lainnya menggantungkan diri pada benda tertentu atau sesuatu yang gaib agar kehidupan sosial ekonominya berjalan dengan baik. Bermacam upaya yang dilakukan semakin meneguhkan bahwa manusia bukanlah apa-apa dan selalu punya potensi untuk gagal dan melakukan sebuah kesalahan.

Namun bahwa kesalahan adalah sesuatu yang manusiawi tentu tidak bisa dijadikan pembenaran dan alasan untuk tidak berkembang. Seorang guru perdamaian, Thich Nhat Hanh, memberikan sebuah pelajaran moral yang sangat berharga dengan cerita tentang bunga dan sampah. Jika hari ini kita mendapat bunga dari seseorang tetapi tidak merawatnya, maka besok pagi bunga tersebut akan menjadi sampah. Namun sebaliknya jika kita memahami cara mengelola sampah yang kita dapat pada hari ini, maka bunga yang indah akan tumbuh dari sampah tersebut.

Sewaktu masih duduk di bangku kuliah, seorang teman yang sedang mengalami persoalan bertanya kepada saya apa yang harus dilakukan ketika gagal atau berbuat salah. Saya tidak bisa menjawab karena saya sendiri juga masih sering kebingungan dan putus asa ketika mengalami hal yang sama. Saya hanya berkata, jika boleh memilih, lebih baik kita maju karena pernah berbuat salah daripada tidak pernah sama sekali. “Lebih baik maju karena kritik daripada hancur karena pujian”, begitu saya mengutip sebuah ungkapan seorang bijak yang tidak saya ingat namanya.

Dan kini, di tengah rasa bersalah yang menghimpit, kata-kata dari para orang bijak begitu menguatkan dan memberi rasa nyaman. Berada dalam dua sisi antara pembenaran dan keinginan untuk bangkit, bagi saya yang hanya orang biasa, kesalahan adalah kritik yang harus dijadikan bahan bakar untuk menjalani hidup dengan lebih baik lagi…



1 komentar:

Nirmana Kamis, 09 Oktober, 2008  

hidup ini jika dijalanin dengan tabah, enjoy....pasti kan terasa indah meski persoalan datang silih berganti.

Quote of the day

  © Blogger template Writer's Blog by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP